Home » » Raport Timnas U-23 Dalam Ajang Anniversary Cup Pssi

Raport Timnas U-23 Dalam Ajang Anniversary Cup Pssi

Posted by Droid Flashmedia on Sunday, April 1, 2012



Badan induk sepakbola Indonesia, PSSI, baru-baru ini menggelar mini turnamen yang melibatkan empat negara Asia untuk memperingati hari jadi yang ke-88. Turnamen ini bukan ajang syukuran semata, melainkan punya tujuan untuk menggembleng timnas U-23 yang akan berlaga pada Asian Game 2018 nanti. Maka, lawan-lawan berat level Asia pun didatangkan.

Bahrain tiba dengan catatan pernah membantai Indonesia 10-0 beberapa tahun silam, Korea Utara ialah salah satu wakil asia di ajang Piala Dunia 2010, sedangkan Uzbekiztan, kita tahu mereka gres saja menjuarai Piala Asia U-23. Dengan menu-menu diatas, kita patut bersyukur alasannya uji tanding yang di sanggup benar-benar layak untuk persiapan Asian Game.

Bisa kita lihat, Timnas U-23 tidak meraih hasil maksimal dalam ajang ini. Evan Dimas cs dikalahkan 1-0 oleh Bahrain di berkelahi perdana, kemudian disusul skor imbang tanpa gol melawan Korea Utara dan Uzbekiztan. Mengatakan Timnas U-23 gagal pada fase ini ialah kesalahan besar, tapi menyebut tim asuhan Luis Milla yang ditarget menembus semi final Asian Game ini sebagai sebuah kesuksesan agaknya terlalu meragukan.

Sebelum lanjut, kita kesampingkan dulu persoalan si bapak pemimpin yang masih sibuk nyaleg itu, udah basi. Kita punya persoalan yang lebih besar dari itu. Yaitu persoalan mencetak Gol. Sounds like a simple problem, i mean, bermain sepakbola itu tujuannya ialah untuk mencetak gol kan? Terlebih dalam sebuah kompetisi. Dan itu tidak kita lihat dalam diri timnas U-23, tidak ada gol dari kaki pemain timnas Indonesia dalam ajang Anniversary Cup itu, tidak satu pun.

Melawan Bahrain, kita kecolongan satu gol konyol di awal laga, padahal kita bermain lebih manis dari mereka. Febri Hariyadi mengontrol sektor flanknya dengan kecepatan dan umpan-umpan krosing yang bagus, beliau sesekali juga melaksanakan cut inside dan mencoba shooting jarak jauh.

Trio gelandang Evan Dimas, M Hargianto, dan Zulfiandy juga memenangkan lini tengah hampir selama 90 menit. Dari sektor pertahanan, kita sudah sanggup melihat gimana solidnya area yang dikomandoi oleh kapten Hansamu Yama itu. Tapi ketika dua sektor ini tampak meyakinkan, timnas U-23 terlihat linglung pada satu hal, bagaimana cara memanfaatkan peluang menjadi gol.

Lerby Eliandry yang diplot sebagai ujung tombak gagal melaksanakan tugasnya. Dia tidak pernah terlihat pada ketika tim butuh seseorang untuk memenangkan bola di kotak penalti lawan, beliau tidak ada ketika tim melaksanakan transisi dari menyerang ke bertahan.

Korea Utara bermain terbuka pada berkelahi ke-2. Dan itu kesalahan besar yang gagal dimanfaatkan pemain kita. Spasojevic dipasang menggantikan Lerby, secara taktikal, Spaso terang lebih meyakinkan. Penempatan posisinya bagus, beberapa kali Spaso mendapat peluang emas di dalam kotak penalti Korea, salah satunya membentur mistar.

Ricky Fajrin yang menggantikan posisi Rezaldi dan duet bek Andy Setyo-Hansamu terlihat solid. Problem gol tiba dari wing kiri yang bergantian ditempati Saddil Ramdani dan Osvaldo Haay. They have some mistake, Osvaldo terlihat canggung di posisi itu, walaupun cara beliau membaca arah bola dari rekan setimnya selalu bagus.

Dia ada sebagai second striker di kotak penalti, hal yang nggak ditunjukkan oleh Saddil yang menyerupai kebingungan dengan posisinya. Aku sedikit menyayangkan kenapa Rico Simanjuntak yang lagi moncer-moncernya di Persija tidak dipanggil untuk mengisi post kanan itu. Worth to try, loh, coach Milla.

Tim sekelas Uzbekiztan, yang berpredikat juara asia U-23 ternyata punya respek terhadap timnas kita, respek bahwa Indonesia sekarang tidak sanggup diremehkan. Itu terlihat ketika betapa girangnya mereka ketika berhasil menggagalkan sepakan penalti Septian David Maulana. Harus diakui, Septian David sedang mengalami penurunan performa, kita nggak sanggup menyalahkan kegagalan penaltinya.

Justru kita harus berterima kasih akan hal itu, bahwa anak emas Luis Milla ini dihentikan berpuas diri dengan fakta jikalau beliau ialah pemain paling penting dalam denah Milla, bahwa beliau ialah top skor di kala kepelatihan laki-laki Spanyol. Melawan Uzbekiztan ialah juga puncak dari rasa keputusasaan semua pihak.

Penonton menyerupai mencicipi apa yang sedang Luis Milla rasakan, kita dibentuk geregetan dengan sepakbola atraktif yang jarang kita lihat dari timnas-timnas sebelumnya, kita dibentuk kagum dengan cara mereka sabar mem-build up serangan, kita dibentuk takjub dengan penguasaan bola, dengan umpan-umpan khas eropa yang dikombinasikan dengan kecepatan.


Kesimpulan yang sanggup kita sanggup ialah ihwal penyelesaian tamat yang mesti diperbaiki, dan mencari seorang ujung tombak ialah PR terbesar Luis Milla. Aku berani katakan, timnas U-23 sudah mempunyai 87% persen dari kerangka tim juara. Sisanya ialah soal momentum, pilihan yang harus diambil pemain ketika mereka punya situasi untuk mencetak gol maupun mengumpan.

3 kata untuk timnas Indonesia U-23 : LUCU, MENYENANGKAN, GEMAS.

Terakhir, tidak ada pemenang dari drama Anniversary Cup ini, sebagai seseorang yang gres PDKT dengan Indonesia, Luis Milla membangun semuanya dengan romantis, dengan teliti dan tangguh khas paham-paham sepakbola eropa. Kita cuma harus menunggu kapan waktunya Milla untuk menembak, biar PDKT itu tak berakhir sia-sia, biar dalam kompetisi yang sebenarnya, minimal kita harus sanggup mencetak gol.


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}